Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Looking for,,,

Sabtu, 27 April 2013

RESTRUKTURISASI IKATAN : IHTIAR PENGUATAN PERKADRAN, MANAJERIAL DAN KONSTRIBUSI ORGANISASI


Oleh : Achmad Zainuri Arif
Nostalgia Sejarah
Waktu itu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang dikenal dengan sebutan “IMM” di Universitas Negeri Malang belum seperti ini. Ibarat sebuah rumah, IMM waktu itu Hanya memiliki sebuah kamar yang dihuni tidak terlalu banyak orang juga. Para penghuninya dari berbagai latar belakang yang tak sama. Cerita para Kakanda-Ayunda  tentang IMM UM yang waktu itu lebih dikenal dengan nama Komisariat Al-Furqon UM barangkali memberikan spirit tersendiri buat kita saat ini. Perjuangan yang begitu melelahkan dengan berbagai keterbatasan; kader yang tidak terlalu banyak, sekret yang seadanya, dana yang tidak selalu ada (kadang uang di kantong pun keluar dengan sendirinya...hehe)tak menyurutkan beliau semua untuk terus berusaha menjadikan IMM UM sampai seperti sekarang ini.
Melangkah pada usianya yang ke-11 (1996-2007) IMM Al-Furqon UM menunjukkan tanda-tanda untuk keluar dari zona tidak nyaman yang dilaluinyanya selama ini. Pada tahun itu, secara eksternal beberapa kader IMM UM secara Politik mendapat kepercayaan untuk memegang amanah sebagai menteri di kepengurusan BEM UM 2007 yang kemudian dari investasi itu pada tahun 2008 kader IMM UM berani menawarkan diri dan terpilih menjadi Presiden Mahasiswa UM untuk pertama kalinya sepanjang sejarah berdirinya IMM di UM dan IMM di perguruan tinggi negeri di Malang Raya ini. Pada tahun itu pula salah satu kader IMM UM yang lainnya dipercaya untuk mengemban amanah sebagai Ketua Cabang IMM Malang. Secara internal, pada tahun 2007 itu pulalah proses rekrutmen tidak “seseret” seperti tahun-tahun sebelumnya, labih kurang 50 mahasiswa (baru dan lama) yang mengikuti DAD yang terbagi menjadi DAD I & II dimana saya termasuk bagian di dalamnya, dan jumlah itu sekali lagi memecahkan rekor jumlah peserta DAD pada tahun sebelum-sebelumnya.
Tanda-tanda abnormal dari sisi ekternal maupun internal itulah yang kemudian memunculkan gagasan untuk pengembangan Komisariat IMM UM untuk menjadi 3 komisariat. Latar belakangnya tentu saja agar kader yang semakin banyak itu memiliki ruang yang cukup untuk mengaktualisasikan diri, mengembangkan potensi yang dimiliki serta semakin menunjukkan eksistensi dan konstribusi ikatan ini bagi kader sendiri maupun lingkungan disekitarnya. Memasuki bulan maret tahun 2008, Proses regenerasi kepemimpinan, laporan pertanggungjawaban serta forum untuk perumusan masa depan organisasi melaui Musyawarah Komisariat (MUSYKOM) diselenggarakan. Wacana mengenai pengembangan komisariat pun akhirnya direalisasi meskipun sempat terjadi perdebatan yang cukup panjang antara pihak yang pro dan kontra mengenai kebijakan ini. Sementara kami yang masih MABA dan masih belum mengerti tentang apa yang sedang dibicarakan itu hanya mengamati dan mencoba memahami (meski di dalam hati sebenarnya sudah menyiapkan diri bila komisariat ini harus berkembang). Keputusan akhirpun diambil, IMM Komisariat “Al-Furqon” UM secara resmi mekar menjadi 3 cabang; Komisariat FIP (FIP), Komisariat EKSTRA (FE-FS) dan SAINTEK (FMIPA-FT). Kader-kader angkatan 2006-2007 menjadi nahkoda di Komisariat baru tersebut, sementara angkatan 2005 masuk di kepengurusan KORKOM yang berperan utama untuk mendampingi komisariat baru tersebut.
Diakui atau tidak, proses pengembangan ini memiliki dampak positif maupun negatif bagi kader maupun organisasi. Secara positif, pemekaran ini memberikan ruang yang cukup bagi kader untuk mengaktualisasikan diri. Proses dinamisasi kader berjalan lebih kompetitif karena terjadi lintas komisariat. Citra Ikatan secara eksternal terlihat semakin kuat karena semakin banyak komisariat yang ada. Sementara di sisi yang lain, dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan itu adalah beberapa kader yang secara psikologi belum siap dan tidak menerima gagasan pengembangan itu mengalami penurunan motivasi, yang berakibat pada kurang optimal berorganisasi. Apabila tidak didampingi dengan baik, komisariat-komisariat ini juga rawan mengalami disorientasi visi serta reduksi kerja organisasi karena struktur kepengurusannya yang berisi kader-kader baru. Dengan pengembangan ini pula disharmoni antar kader akan semakin kuat karena masing-masing kader fokus terhadap komisariat masing-masing dan juga kompetisi yang terjadi.
Realitas Kekinian
Tak terasa IMM KORKOM UM beserta Komisariat-komisariat yang ada telah memasuki usianya yang ke-5. Lika-liku perjalanan menjadi cerita yang menarik, pelajaran yang berharga serta kesan yang tak akan pernah terlupakan bagi para kader-kader “Merah Hati” yang telah dan tak pernah lelah berjuang untuk Agama dan Ikatan ini. Realitas bahwa zaman terus berkembang memang sebuah keniscayaan yang tak bisa kita tahan, bahkan lawan, termasuk pada IMM ini.
Wacana mengenai pengembangan organisasi beberapa tahun ini memang begitu hangat, alasan utamanya apalagi kalau bukan optimalisasi perkaderan dan kerja organisasi agar organisasi semakin terlihat konstribusinya. Sebelum keberangkatan saya ke Pulau Flores-Nusa Tenggara Timur, wacana pengembangan PC. IMM Malang sedang panas, bahkan sampai sekarang. Latar belakangnya dikarenakan jumlah Komisariat di Malang Raya ini yang semakin banyak, ± 21 Komisariat berada di Naungan PC. IMM Malang, jumlah Komisariat terbanyak PC se Indonesia. Memang wacana itu sudah muncul 5 tahun yang lalu, dan akhir akhir ini wacana itu sudah mulai untuk dieksekusi meski ada berbagai pro dan kontra. Dan belum selesai dengan wacana Pengembangan PC. IMM Malang, hampir 6 bulan diperantauan, wacana pengembangan komisariat kembali muncul, kali ini di Universitas tempat asal saya, Universitas Negeri Malang.
Rencana pengembangan Komisariat tersebut memang sudah pernah terlintas dalam benak pikiran para kanda-Ayunda, hal ini dikarenakan perkembangan Universitas dan perkaderan lambat laun pasti akan terjadi, dan hal itu pula yang menuntut kita untuk menyesuaikan. Pada tahun 2009, salah satu jurusan di FIP UM yaitu Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan secara resmi berdiri menjadi Fakultas Ilmu Keolahragaan. Beberapa tahun kemudian disusul Fakultas Ilmu Sosial yang jurusannya berasal dari Fakultas berbeda yaitu Jur Geografi (ex. FMIPA), Sejarah (Ex. FS) dan PKn (ex. FIP) dan yang terakhir Fakultas Psikologi yang merupakan embrio FIP serta beberapa Jurusan yang saya tidak begitu update (maklum sudah lama g d kampus, hehe). Pada awalnya fakta awal itu tidak begitu berpengaruh, tapi seiring semakin berkembangnya jurusan dan fakultas yang ada, manajerial organisasi mengalami sedikit tumpang tindih. Misalnya saja ketika ada perekrutan dan suksesi kepemimpinan di FIS dimana ada 3 jurusan yang awalnya berasal dari fakultas yang berbeda dan itu artinya secara keorganisasian juga akan melibatkan 3 komisariat yang berbeda dalam merumuskan kebijakan, sehingga hal itu dirasakan kurang efektif dan efisien. Secara administratif, keanggotaan jurusan dan fakultas juga belum dirumuskan ulang pasca pengembangan jur-fak di UM tersebut. Fakta di kampus dan internal organisasi tersebut lah yang kemudian mengharuskan kita untuk merestrukturisasi keanggotaan di setiap komisariat agar dapat berjalan tertib, efektif dan optimal.
Saran Kebijakan
Sebagai Ihtiar untuk penguatan perkaderan, manajerial serta peran organisasi. Melihat dari realitas yang ada. Mungkin beberapa hal ini perlu menjadi pertimbangan dalam melangkah.
1.    Perlu adanya perapian/ restrukturisasi keanggotaan di masing-masing komisariat. Berdirinya jurusan dan fakultas yang baru perlu untuk segera dipetakan, akan menjadi bagian dari komisariat apa yg didasarkan aspek history dan disiplin keilmuan.
2.    Pemetaan Sumber Daya Kader secara Kuantitas dan Kualitas. Secara kualitas, sejauh mana potensi yang dimiliki dan pos-pos apa yang bisa dimasuki oleh mereka, baik di internal Ikatan maupun Eksternal Universitas. Secara kauntitas, pendataan mengenai jumlah kader yang ada di tiap-tiap fakultas, dengan begitu bisa dilakukan optimalisasi rekrutmen di fakultas yang masih belum banyak kader serta mempersiapkan untuk regenerasi kepemimpinan.
3.    Perumusan Visi masing-masing organisasi. Target jangka pendek (1 thn), jangka menengah (3 thn) dan jangka panjang (5 thn). Jangka pendek misalnya terget 50 /100 maba dalam setiap perekrutan, dan bisa bertahan sampai akhir. Jangka menengah misalnya, 3 tahun ke depan harus ada kader yang tampil di panggung politik. Jangka panjang misalnya, program kajian keislaman dan diskusi keilmuan harus bisa berjalan secara baik (istiqomah) dengat perangkat pembelajaran yang sistematis.
4.    Penguatan program “Akar” yaitu program yang mendasar-urgen yaitu Kajian Keislaman dan Diskusi Keilmuan.
Barangkali saran itu yang bisa sedikit kami utarakan demi keberlangsungan Ikatan ke depan.
 Tanggapan:
1.      Terkait  wacana perapian sudah menjadi keharusan untuk segera dilakukan agar manajerial organisasi bisa berjalan lebih optimal.
2.      Terkait wacana pengembangan komisariat yaitu 1) SAINTEK: MIPA-TEKNIK-FIK, 2) FIP-PSIKOLOGI, 3) FE-FIS, dan 4) FS, barangkali perlu dipikirkan ulang dan mendalam. Karena Apa?
a.       Terkait Sumber Daya Kader (SDK), apakah di tiap-tiap komisariat yang akan dikembangkan nantinya sudah mencukupi secara kuantitas-kualitas. Jangan sampai ada kesenjangan yang begitu lebar, memulai langkah dari awal kembali.
b.      Terkait psikologi kader, apakah semuanya bisa menerima dan siap. Jangan sampai pengalaman yang lalu kita ulang kembali. Jangan sampai dipaksakan segera. Kalaupun belum siap, mgkin 1 tahun bisa menjadi masa persiapan dan pematangan kader.
c.       Terkait komposisi keanggotaan, khususnya di Sastra dan Saintek nantinya. Jangan sampai mereduksi soliditas dan potensi yang ada serta memberikan beban berlebih. Aspek history dan fakta dilapangan serta disiplin keilmuan perlu dipertimbangan lagi.
d.      Mungkin ada baiknya perapian saja, agar para kader bisa membincang lebih banyak masalah visi organisasi. Dikhawatirkan apabila dikembangkan, kita semua kembali mulai melangkah dari awal dengan SDK yang terbatas. Penguatan harmonisasi kader lintas komisariat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar